Minggu, 14 Agustus 2011

Cantik dengan Jilbab, Benarkah ?




oleh : Abdullah syauqi

AWALNYA banyak kaum hawa menggunakan jilbab karena tuntutan ajaran agama yang mengharuskan perempuan untuk menutup auratnya. Tapi belakangan penggunaan jilbab tidak hanya sekedar untuk menutupi aurat saja, tapi juga untuk fashion. Meskipun dulunya wanita berjilbab terkesan tidak modis dan kurang fashionable, sekarang justru sebaliknya. Jilbab ternyata tidak membatasi wanita untuk tampil modis.

Bahkan jika diperhatikan saat ini jilbab menjadi bagian aksesori dan menambah daya tarik bagi orang yang melihatnya. Tak jarang wanita yang memakai jilbab tampak lebih cantik dan anggun dibandingkan sebelum menggunakannya. Tidak mengherankan juga, jika diperhatikan banyak wanita muslim saat ini memilih gaya busana yang satu ini. Salah satunya Hilda Febri, pemilik warung Batok di DC Mall.Menurut Hilda menggunakan jilbab bukan berarti tidak bisa tampil modis. Justru menurutnya dengan jilbab wanita tampak lebih rapi. ‘’Modis apa nggaknya, tergantung wanitanya juga, kalau dasarnya suka fashion, nggak pakai jilbabpun juga tidak modis, demikian juga bagi yang menggunakan jilbab, tapi sesederhanapun penggunaan jilbab, tetap wanita yang menggunakan jilbab tampak lebih rapi dibandingkan yang tidak menggunakan jilbab,” ujar Hilda, yang sehari-hari tampil dengan busana muslimah ini.

Baginya jilbab membuat penampilan wanita tampak lebih anggun. Apalagi jika menggunakan jilbab menyesuaikan dengan trend busana muslim dan model jilbab yang lagi trend. ‘’Busana muslim, terutama jilbab juga ada model yang saat itu sedang trend, tapi bukan berarti jilbab yang sebelumnya tidak modis lagi, tergantung masing-masing orang ingin menggunakan model jilbab yang disukai, karena meskipun ada trend yang baru jilbab sebelumnya juga tetap menarik untuk
dikenakan,” papar Hilda Karena hal yang mendasar agar wanita tampak modis dengan busana muslim yang dikenakannya, penggunaan jilbab harus sesuaikan dengan warna baju, serta bentuk muka, dan situasi. Karena menurutnya saat ini wanita berjilbab ruang lingkupnya semakin luas, diantaranya wanita yang bekerja. ‘’Bagi wanita yang bekerja tentunya busana yang
dikenakan harus pintar menyesuaikan dengan kondisi kerja juga, Kalau tidak disesuaikan jilbab yang dikenakan juga kurang menarik,” ungkapnnya.

Yelly, Ibu Rumah Tangga Suka Jilbab yang Persegi
Meskipun saat ini model jilbab semakin banyak, Yelly mengaku lebih suka menggunakan jilbab yang persegi tanpa banyak model. ”wajah saya kayanya cocok dengan jilbab persegi yang dibentuk sendiri menjadi jilbab, kalau jilbab yang langsung jadi kayanya nggak cocok di wajah,” paparnya. Meskipun mengaku tertarik dengan berbagai jenis jilbab yang saat ini lagi trend, tapi wanita ini tetap konsisten dengan pilihan jilbab yang dipakainya dari dulu. ”Kalau memang wajahnya nggak cocok, meskipun jilbabnya bagus, saya nggak mau ikut-ikutan karena susah tahu nggak bakalan cocok,” ujarnya yakin.

Anggun, Ibu Rumah Tangga Cari Jilab yang Modis
Bagi Anggun saat ini menggunakan jilbab tidak sama seperti dulu. Karena menurutnya, saat ini banyak sekali model jilbab yang menarik yang memberikan penampilan wanita terlihat lebih modis. ”Nyarinya juga tidak susah, banyak butik atau toko busana muslim yang menjual jilbab yang menarik,” ujarnya. Saat ini Anggun mengaku lebih suka menggunakan jilbab yang langsung pakai. Kalau dulu menurutnya jilbab yang langsung pake tidak ada yang modis, tapi saat ini, pilihan jilbab yang langsung pakai dengan model yang menarik semakin banyak. ”Tinggal pilih saja sukanya yang seperti apa, kemudian tinggal disesuaikan dengan busana yang dikenakan,” paparnya.

Iin, Wiraswasta "Banyak Jilbab yang Menarik"

Iin mengungkapkan, banyak wanita yang ingin tampil modis tapi tetap praktis dengan jilbab yang digunakannya. Demikian juga dengan dirinya yang sehari-hari tampil dengan jilbab. Karena alasan itu juga, wanita yang memiliki usaha busana muslim di DC Mall ini memiliki koleksi jilbab yang bisa menjadi pilihan banyak wanita yang mungkin bingung memilih jilbab yang tepat. ‘’Saat ini trendnya jilbab yang langsung disorongkan, tapi di bagian jilbabnya sudah dihiasi dengan rangkaian manik-manik yang memberikan kesan jilbab lebih elegan sehingga bisa dikenakan untuk acara resmi,” papar Iin. Dulunya jenis jilbab sorong ini menurutnya, lebih banyak digunakan untuk lingkungan sekitar rumah.

Tapi jilbab sorong kini, dengan berbagai tambahan motif dan bahan yang digunakan, seperti ditambahan hiasan pita di atas kepala atau di bagian belakang jilbab serta memberi kesan jilbab tampak gaya. ”Penggunaannya sangat praktis, tapi penampilan tetap modis dan menarik,” tambah Iin. Karena menurut Iin, selain motif pada jilbab yang membuat jilbab terkesan mewah, saat ini jilbab yang langsung disorongkan, teknik penggunaannya bisa divariasikan dengan berbagai gaya. Salah satu cara yang sederhana, dengan cara menarik ke belakang bagian depan jilbab sehingga jilbab membentuk bentuk leher, leher tetap tertutup, tapi penampilan lebih modis. ‘’Cukup banyak kreasi lainnya yang bisa dilakukan dengan jilbab, jika ingin tampak lebih modis bisa menambahkan hiasan seperti bros atau jepitan pada jilbab sehingga penampilan tampak lebih menarik.

Beda Jaket, Blazer dan Cardigan

Banyak orang yang belum tahu perbedaan istilah jaket, blazer dan cardigan. Sepintas orang akan mengira ketiganya sama, padahal sesungguhnya ada perbedaan. Oleh sebab itu agar tidak keliru, berikut ini akan saya berikan gambaran mengenai ketiga hal tersebut.

Jaket

Biasanya jaket berukuran panjang atau pendek, berbentuk lebih sportif dan umumnya berkesan casual. Jaket pendek bisa dipadu dengan celana panjang atau dengan busana terusan yang modis. Untuk Anda yang bertubuh besar sebaiknya dihindari memakai jaket ini, karena akan memberi kesan makin besar.

Warna jaket bisa variatif, bisa polos atau bercorak. Bahkan jaket bisa digunakan dari bahan milpa atau katun yang diberi pelapis.


Blazer


Blazer lebih mirip dengan potongan jas pria. Biasanya panjang blazer sebatas panggul atau lebih, berkancing satu atau dua, potongan bahunya lebih terkesan maskulin, berkerah aksi (tailored) dan formil.

Blazer berkancing satu cocok bagi Anda yang bertubuh besar, karena dapat menutup pinggul. Blazer berkancing dengan warna keemasan akan memberi kesan anggun.

Blazer serasi jika dipadukan dengan rok atau celana panjang yang sama warnanya. Gunakan bahan yang lentur untuk blazer seperti wol sintetis atau dril halus.

Cardigan

Potpongan cardigan tanpa kelepak, garis lehernya bisa berbentuk V, bulat atau lainnya. Cardigan bisa juga disebut jas yang berpotongan feminim dan ukurannya ada yang panjang dan pendek.
Cardigan serasi dengan kamisol dan rok atau dikenakan begitu saja. Bisa juga dipadukan dengan kulot atau celana panjang berpipa lurus.

Cardigan cocok bagi Anda yang berbadan gemuk. Cardigan sebaiknya dibuat dari bahan lentur/lemas.

Selasa, 02 Agustus 2011

SABAR DAN SHOLAT SEBAGAI PENOLONGMU

adikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat kecuali bagi orang-orang yang khusyu’, (yaitu) orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Tuhannya dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya”.(Al-Baqarah: 45-46)
Ibnu Katsir menjelaskan satu prinsip dan kaidah dalam memahami Al-Qur’an berdasarkan ayat ini bahwa meskipun ayat ini bersifat khusus ditujukan kepada Bani Israel karena konteks ayat sebelum dan sesudahnya ditujukan kepada mereka, namun secara esensi bersifat umum ditujukan untuk mereka dan selain mereka. Bahkan setiap ayat Al-Qur’an, langsung atau tidak langsung sesungguhnya lebih diarahkan kepada orang-orang yang beriman, karena hanya mereka yang mau dan siap menerima pelajaran dan petunjuk apapun dari Kitabullah. Maka peristiwa yang diceritakan Allah Taala tentang Bani Israel, terkandung di dalamnya perintah agar orang-orang yang beriman mengambil pelajaran dari peristiwa yang dialami mereka. Begitulah kaidah dalam setiap ayat Al-Qur’an sehingga kita bisa mengambil bagian dari setiap ayat Allah swt. “Al-Ibratu Bi’umumil Lafzhi La Bikhusus sabab” (Yang harus dijadikan dasar pedoman dalam memahami Al-Qur’an adalah umumnya lafazh, bukan khususnya sebab atau peristiwa yang melatarbelakanginya”.

Perintah dalam ayat di atas sekaligus merupakan solusi agar umat secara kolektif bisa mengatasi dengan baik segala kesulitan dan problematika yang datang silih berganti. Sehingga melalui ayat ini, Allah memerintahkan agar kita memohon pertolongan kepada-Nya dengan senantiasa mengedepankan sikap sabar dan menjaga shalat dengan istiqamah. Kedua hal ini merupakan sarana meminta tolong yang terbaik ketika menghadapi berbagai kesulitan. Rasulullah saw selaku uswah hasanah, telah memberi contoh yang konkrit dalam mengamalkan ayat ini. Di dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dijelaskan bahwa, “Sesungguhnya Rasulullah saw apabila menghadapi suatu persoalan, beliau segera mengerjakan shalat“.

Huzaifah bin Yaman menuturkan, “Pada malam berlangsungnya perang Ahzab, saya menemui Rasulullah saw, sementara beliau sedang shalat seraya menutup tubuhnya dengan jubah. Bila beliau menghadapi persoalan, maka beliau akan mengerjakan shalat“. Bahkan Ali bin Abi Thalib menuturkan keadaan Rasulullah saw pada perang Badar, “Pada malam berlangsungnya perang Badar, semua kami tertidur kecuali Rasulullah, beliau shalat dan berdo’a sampai pagi“.

Dalam riwayat Ibnu Jarir dijelaskan bagaimana pemahaman sekaligus pengamalan sahabat Rasulullah saw terhadap ayat ini. Diriwayatkan bahwa ketika Ibnu Abbas melakukan perjalanan, kemudian sampailah berita tentang kematian saudaranya Qatsum, ia langsung menghentikan kendaraanya dan segera mengerjakan shalat dua raka’at dengan melamakan duduk. Kemudian ia bangkit dan menuju kendaraannya sambil membaca, “Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat kecuali bagi orang-orang yang khusyu’“.

Secara khusus untuk orang-orang yang beriman, perintah menjadikan sabar dan shalat sebagai penolong ditempatkan dalam rangkaian perintah dzikir dan syukur. “Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku, niscaya Aku ingat (pula) kepadamu dan bersyukurlah kepadaKu dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)Ku. Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Sesungguhnya Allah swt senantiasa bersama dengan orang-orang yang sabar“. (Al-Baqarah: 152-153). Dalam kaitan dengan dzikir, menjadikan sabar dan shalat sebagai penolong adalah dzikir. Siapa yang berdzikir atau mengingat Allah dengan sabar, maka Allah akan mengingatnya dengan rahmat.

Masih dalam konteks orang yang beriman, sikap sabar yang harus selalu diwujudkan adalah dalam rangka menjalankan perintah-perintah Allah Taala, karena beban berat yang ditanggungnya akan terasa ringan jika diiringi dengan sabar dan shalat. Ibnul Qayyim mengkategorikan sabar dalam rangka menjalankan perintah Allah Taala termasuk sabar yang paling tinggi nilainya dibandingkan dengan sabar dalam menghadapi musibah dan persoalan hidup.


Syekh Sa’id Hawa menjelaskan dalam tafsirnya, Asas fit Tafasir kenapa sabar dan shalat sangat tepat untuk dijadikan sarana meminta pertolongan kepada Allah Taala. Beliau mengungkapkan bahwa sabar dapat mendatangkan berbagai kebaikan, sedangkan shalat dapat mencegah dari berbagai perilaku keji dan munkar, disamping juga shalat dapat memberi ketenangan dan kedamaian hati. Keduanya (sabar dan shalat) digandengkan dalam kedua ayat tersebut dan tidak dipisahkan, karena sabar tidak sempurna tanpa shalat, demikian juga shalat tidak sempurna tanpa diiringi dengan kesabaran. Mengerjakan shalat dengan sempurna menuntut kesabaran dan kesabaran dapat terlihat dalam shalat seseorang.

Lebih rinci, syekh Sa’id Hawa menjelaskan sarana lain yang terkait dengan sabar dan shalat yang bisa dijadikan penolong. Puasa termasuk ke dalam perintah meminta tolong dengan kesabaran karena puasa adalah separuh dari kesabaran. Sedangkan membaca Al-Fatihah dan doa termasuk ke dalam perintah untuk meminta tolong dengan shalat karena Al-Fatihah itu merupakan bagian dari shalat, begitu juga dengan do’a.

Memohon pertolongan hanya kepada Allah merupakan ikrar yang selalu kita lafadzkan dalam setiap shalat kita, “Hanya kepada-Mu-lah kami menyembah dan hanya kepadaMulah kami mohon pertolongan“. Agar permohonan kita diterima oleh Allah, tentu harus mengikuti tuntunan dan petunjuk-Nya. Salah satu dari petunjuk-Nya dalam memohon pertolongan adalah dengan sentiasa bersikap sabar dan memperkuat hubungan yang baik dengan-Nya dengan menjaga shalat yang berkualitas. Disinilah shalat merupakan cerminan dari penghambaan kita yang tulus kepada Allah.


Esensi sabar menurut Abdurrahman bin Zaid bin Aslam dapat dilihat dari dua hal: Pertama, sabar karena Allah atas apa yang disenangi-Nya, meskipun terasa berat bagi jiwa dan raga.Kedua, sabar karena Allah atas apa yang dibenci-Nya, walaupun hal itu bertentangan keinginan hawa nafsu. Siapa yang bersikap seperti ini, maka ia termasuk orang yang sabar yang Insya Allah akan mendapat tempat terhormat.

Betapa kita sangat membutuhkan limpahan pertolongan Allah dalam setiap aktivitas dan persoalan kehidupan kita. Adalah sangat tepat jika secara bersama-sama kita bisa mengamalkan petunjuk Allah dalam ayat di atas agar permohonan kita untuk mendapatkan pertolongan-Nya segera terealisir. Amin

SABAR DAN SHOLAT SEBAGAI PENOLONGMU

adikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat kecuali bagi orang-orang yang khusyu’, (yaitu) orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Tuhannya dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya”.(Al-Baqarah: 45-46)
Ibnu Katsir menjelaskan satu prinsip dan kaidah dalam memahami Al-Qur’an berdasarkan ayat ini bahwa meskipun ayat ini bersifat khusus ditujukan kepada Bani Israel karena konteks ayat sebelum dan sesudahnya ditujukan kepada mereka, namun secara esensi bersifat umum ditujukan untuk mereka dan selain mereka. Bahkan setiap ayat Al-Qur’an, langsung atau tidak langsung sesungguhnya lebih diarahkan kepada orang-orang yang beriman, karena hanya mereka yang mau dan siap menerima pelajaran dan petunjuk apapun dari Kitabullah. Maka peristiwa yang diceritakan Allah Taala tentang Bani Israel, terkandung di dalamnya perintah agar orang-orang yang beriman mengambil pelajaran dari peristiwa yang dialami mereka. Begitulah kaidah dalam setiap ayat Al-Qur’an sehingga kita bisa mengambil bagian dari setiap ayat Allah swt. “Al-Ibratu Bi’umumil Lafzhi La Bikhusus sabab” (Yang harus dijadikan dasar pedoman dalam memahami Al-Qur’an adalah umumnya lafazh, bukan khususnya sebab atau peristiwa yang melatarbelakanginya”.

Perintah dalam ayat di atas sekaligus merupakan solusi agar umat secara kolektif bisa mengatasi dengan baik segala kesulitan dan problematika yang datang silih berganti. Sehingga melalui ayat ini, Allah memerintahkan agar kita memohon pertolongan kepada-Nya dengan senantiasa mengedepankan sikap sabar dan menjaga shalat dengan istiqamah. Kedua hal ini merupakan sarana meminta tolong yang terbaik ketika menghadapi berbagai kesulitan. Rasulullah saw selaku uswah hasanah, telah memberi contoh yang konkrit dalam mengamalkan ayat ini. Di dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dijelaskan bahwa, “Sesungguhnya Rasulullah saw apabila menghadapi suatu persoalan, beliau segera mengerjakan shalat“.

Huzaifah bin Yaman menuturkan, “Pada malam berlangsungnya perang Ahzab, saya menemui Rasulullah saw, sementara beliau sedang shalat seraya menutup tubuhnya dengan jubah. Bila beliau menghadapi persoalan, maka beliau akan mengerjakan shalat“. Bahkan Ali bin Abi Thalib menuturkan keadaan Rasulullah saw pada perang Badar, “Pada malam berlangsungnya perang Badar, semua kami tertidur kecuali Rasulullah, beliau shalat dan berdo’a sampai pagi“.

Dalam riwayat Ibnu Jarir dijelaskan bagaimana pemahaman sekaligus pengamalan sahabat Rasulullah saw terhadap ayat ini. Diriwayatkan bahwa ketika Ibnu Abbas melakukan perjalanan, kemudian sampailah berita tentang kematian saudaranya Qatsum, ia langsung menghentikan kendaraanya dan segera mengerjakan shalat dua raka’at dengan melamakan duduk. Kemudian ia bangkit dan menuju kendaraannya sambil membaca, “Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat kecuali bagi orang-orang yang khusyu’“.

Secara khusus untuk orang-orang yang beriman, perintah menjadikan sabar dan shalat sebagai penolong ditempatkan dalam rangkaian perintah dzikir dan syukur. “Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku, niscaya Aku ingat (pula) kepadamu dan bersyukurlah kepadaKu dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)Ku. Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Sesungguhnya Allah swt senantiasa bersama dengan orang-orang yang sabar“. (Al-Baqarah: 152-153). Dalam kaitan dengan dzikir, menjadikan sabar dan shalat sebagai penolong adalah dzikir. Siapa yang berdzikir atau mengingat Allah dengan sabar, maka Allah akan mengingatnya dengan rahmat.

Masih dalam konteks orang yang beriman, sikap sabar yang harus selalu diwujudkan adalah dalam rangka menjalankan perintah-perintah Allah Taala, karena beban berat yang ditanggungnya akan terasa ringan jika diiringi dengan sabar dan shalat. Ibnul Qayyim mengkategorikan sabar dalam rangka menjalankan perintah Allah Taala termasuk sabar yang paling tinggi nilainya dibandingkan dengan sabar dalam menghadapi musibah dan persoalan hidup.


Syekh Sa’id Hawa menjelaskan dalam tafsirnya, Asas fit Tafasir kenapa sabar dan shalat sangat tepat untuk dijadikan sarana meminta pertolongan kepada Allah Taala. Beliau mengungkapkan bahwa sabar dapat mendatangkan berbagai kebaikan, sedangkan shalat dapat mencegah dari berbagai perilaku keji dan munkar, disamping juga shalat dapat memberi ketenangan dan kedamaian hati. Keduanya (sabar dan shalat) digandengkan dalam kedua ayat tersebut dan tidak dipisahkan, karena sabar tidak sempurna tanpa shalat, demikian juga shalat tidak sempurna tanpa diiringi dengan kesabaran. Mengerjakan shalat dengan sempurna menuntut kesabaran dan kesabaran dapat terlihat dalam shalat seseorang.

Lebih rinci, syekh Sa’id Hawa menjelaskan sarana lain yang terkait dengan sabar dan shalat yang bisa dijadikan penolong. Puasa termasuk ke dalam perintah meminta tolong dengan kesabaran karena puasa adalah separuh dari kesabaran. Sedangkan membaca Al-Fatihah dan doa termasuk ke dalam perintah untuk meminta tolong dengan shalat karena Al-Fatihah itu merupakan bagian dari shalat, begitu juga dengan do’a.

Memohon pertolongan hanya kepada Allah merupakan ikrar yang selalu kita lafadzkan dalam setiap shalat kita, “Hanya kepada-Mu-lah kami menyembah dan hanya kepadaMulah kami mohon pertolongan“. Agar permohonan kita diterima oleh Allah, tentu harus mengikuti tuntunan dan petunjuk-Nya. Salah satu dari petunjuk-Nya dalam memohon pertolongan adalah dengan sentiasa bersikap sabar dan memperkuat hubungan yang baik dengan-Nya dengan menjaga shalat yang berkualitas. Disinilah shalat merupakan cerminan dari penghambaan kita yang tulus kepada Allah.


Esensi sabar menurut Abdurrahman bin Zaid bin Aslam dapat dilihat dari dua hal: Pertama, sabar karena Allah atas apa yang disenangi-Nya, meskipun terasa berat bagi jiwa dan raga.Kedua, sabar karena Allah atas apa yang dibenci-Nya, walaupun hal itu bertentangan keinginan hawa nafsu. Siapa yang bersikap seperti ini, maka ia termasuk orang yang sabar yang Insya Allah akan mendapat tempat terhormat.

Betapa kita sangat membutuhkan limpahan pertolongan Allah dalam setiap aktivitas dan persoalan kehidupan kita. Adalah sangat tepat jika secara bersama-sama kita bisa mengamalkan petunjuk Allah dalam ayat di atas agar permohonan kita untuk mendapatkan pertolongan-Nya segera terealisir. Amin